saiful abdullah

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Surat untuk Hayatiku

Surat untuk Hayatiku

Surat untuk Hayatiku

Oleh : Saiful Abdullah, S.Pd

Kuawali surat ini dengan doa, semoga kau, Hayatiku, yang jauh di sana selalu bahagia menikmati cuaca dingin, sedingin rasaku hari ini. Semoga selalu bahagia menikmati langit kelabu, sekalabu hatiku hari ini. Selalu kusemogakan segala kesemogaan untukmu.

Kepada hayatiku yang dulu telah kulabuhkan hatiku. Kupastikan hari ini kau sudah bahagia, sudah bebas tak merasa terhegemoni oleh segala resah dan gelisah yang dulu seringkali menghantui perasaanmu, karenaku. Kau takkan lagi terganggu dengan kehadiranku, dengan rasaku, dengan perhatianku yang katamu over dosis juga membosankan itu.

Meski bukan maksudku membuatmu tidak nyaman, apalagi risih dengan segala tingkahku yang mulai gila mencintaimu. Tapi apa boleh buat, hatimu merasakan ketidaknyamanan, dan bahkan mungkin kemuakan ketika aku mulai bertingkah. Bertingkah dengan puja-puji mengangungkanmu, layaknya malam memuja purnama. Begitulah hati, memang tidak bisa dipaksakan. Kapan dan dengan siapa ia harus bahagia.

Hayatiku, maafkan aku yang telah lancang menjatuhkan hatiku pada hatimu, tanpa terlebih dahulu memanggil salam. Pantas saja kau enggan membukakan pintu hatimu untuk hatiku. Maafkan aku yang telah dengan bahagia memperlakukanmu bak Putri Raja. Memanjakanmu, layaknya Kaisar Romawi memanjakan Cleopatra. Maafkan aku yang telah dengan jumawanya menjadi lelaki yang selalu ada dikala kau membutuhkan. Tak membutuhkanku pun, aku selalu ada untukmu.

Hal itu, bukan semata-mata untuk mengemis cinta darimu. Tidak Hayati. Tapi itu adalah salah satu caraku menerjemahkan cintaku. Inginku membuatmu bahagia. Bukan mengharap cintaku kau balas dengan cintamu. Sekali lagi, hanya ingin membuatmu bahagia. Karena kau bukanlah sekedar perempuan yang kucintai, tapi juga saudaraku yang kusayangi. Berungkali kuucapkan kalimat tepat di dasar hatimu.

Tapi kenapa, Hayatiku, kau tak pernah mengerti. Tak bosan-bosan menuduhku menguntit segala gerak-gerikmu, memasung kebebasanmu dan merampas kebahagiaanmu. Kapan aku melakukan itu padamu? Aku tidak pernah merasa. Atau memang sejahat itukah diriku di matamu, Hayatiku?

Kau juga bilang, bahwa aku telah membuat dirimu tak nyaman, dan acapkali kau bilang risih dengan perhatian yang kusuguhkan hanya kepadamu itu, bukan ke yang lain. Kamu tahu, betapa tersayatnya dada ini dituduh begitu oleh orang yang mengaku paling dekat denganku, dulu. Asal kamu tahu, Hayatiku, dituduh menyengsarakanmu itu lebih perih, daripada dituduh makar sama Bapak Presiden (Jokowi). Lebih pahit ketimbang dituduh radikal, Hayati.

Jujur, aku tidak akan pernah memaksamu memberikan hatimu untukku. Dari dulu sudah kukatakan itu padamu. Bukankah kita sama-sama tahu, bahwa hati tak bisa dipaksakan, kepada siapa ia harus berbagi (cinta). Dari dulu, hanya satu yang aku pinta darimu, “jangan pernah menyuruhku berhenti mencintaimu.” Semoga kau masih ingat itu!

Iya, kau patut bahagia atau seperti yang kukatakan di atas, bahwa kau pasti sudah bahagia sekarang, karena aku sudah memilih pergi dari hidupmu. Hayatiku, aku yang sering menguntitmu, mengawasimu, merampas kebebasanmu, mengganggumu dan acapkali membuatmu risih dengan tingkah gilaku, kini sudah benar-benar pergi. Dan kita tidak akan pernah bertemu lagi.

Kepergianku bukan semata-mata karena pudarnya cinta, bukan karena tidak lagi mau bersama, bukan. Tapi karena hanya ingin membahagiakanmu. Karena selama ini kau merasa tertekan dan risih ketika aku bersamamu. Aku tahu itu, karena kau yang sering bilang.

Dan akhir-akhir ini kau sengaja menjahuiku. Bahkan kau sendiri yang bilang, “aku sudah punya teman dekat, jadi tinggalkan aku, carilah perempuan lain!” Iya kan? Tapi tidak apa-apa lah, masih untung kau tak membenciku, layaknya mentari membenci malam.

Terakhir, aku hanya ingin mengatakan, semoga kau sudi mengingatku, orang yang nyaris kehilangan separuh kewarasannya karena mencintaimu! Wassalam, Hayati…oh…Hayati.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Wowwww, jadi teringat lagu Republik. Katamu cintaku berlebihan, cemburuku tak beralasan,membuat dirimu tak nyaman. Judulnya "Aku Takut". Begitukah rasanya mencinta. Sukses selalu dan barakallah

28 Nov
Balas



search

New Post